Hobi bisa mendatangkan peluang usaha jika kita menekuninya. Ini dibuktikan oleh Erista Adisetya, founder Erista Garden. Dari hobi tanaman hias sampai bisa mengelola 2 hektar areal untuk lahan pertanian, home stay, taman dan resto. Bahkan demi hobinya, supaya lebih fokus menekuninya Erista rela keluar dari perusahaan industri besar, Sari Husada, Danone, Indofood dan Cargill, yang sudah digelutinya selama hampir 20 tahun.
Erista Garden dikemas sebagai taman dan resto yang berada di lereng merapi dan dikelilingi oleh persawahan dengan latar belakang Gunung Merapi. Berlokasi di Jalan Kaliurang KM 17, Dusun Demen, Pakem Binangun, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Erista Garden mengusung konsep Back To Nature, menggabungkan resto, tanaman hias dan pertanian dalam satu tempat, menyajikan layanan dalam satu taman. Penjualan berbagai tanaman hias, bunga, hortikultura dan perlengkapan taman, di Erista Agrimart. Penjualan bibit dan benih di Erista Flora. Dan sajian kuliner khas nusantara di Griyo Dhahar Erista.
Yang unik dan menarik di Griyo Dhahar adalah Nasi Biru dan aneka minuman segar dari bunga Telang Biru seperti; Es Telang Susu, Es Telang Strawberry, Es Telang Degan, Es Telang Lemon, Es Telang Selasih dan Es Telang Rosella. Makanan dan minuman dari bunga Telang Biru inilah yang menjadi salah satu daya tarik. Bunga Telang dipanen dan diolah sendiri sebagai menu andalan.
Bagaimana kiat-kiat bapak Erista Adisetya membuat hobinya ini menjadi bisnis yang sukses, dan memberi manfaat pada orang banyak, Agroindonesia berkesempatan mewancarai pria ramah itu disela waktu sibuknya mengelola Erista Garden dan sebagai dosen Teknologi Hasil Pertanian Instiper Yogyakarta.
Bapak rela melepas kerja di pabrik besar padahal posisi Bapak sangat bagus kenapa?
Saya keluar dari pabrik sebelum pensiun, saya keluar karena saya ingin usaha, saya punya passion, akan mengembangkan tanaman. Dan cara mengembangkan yang paling baik, saya keluar. Setelah keluar karena tidak punya pendapatan, saya harus survive, bagamana caranya, seperti ini. Itu suatu pelajaran yang paling berharga, karena kalau saya garap dua-duanya, di pabrik dan disini, saya merasa tidak bisa, dan tidak fokus. Saya harus fokus. Setelah fokus saya bisa mengeluarkan segenap tenaga supaya bisa survive, karena kalau tidak, tidak bisa hidup.
Bapak merintis Erista Garden ini diawali dari bunga Telang Biru?
Iya. Saya suka tanaman hias, hobi tanaman. Kebetulan saya punya teman S3-nya tentang bunga Telang, lalu memberi Telang pada saya, minta saya coba tanam, karena saya suka tanaman. Saya tanam, ternyata tanamnya gampang, dan berbunga. Waktu itu saya diamkan saja. Lalu saya buka resto. Saya berfikir, bagaimana mencari yang spesifik. Saya ingat sama temen saya itu, dan saya coba buat minuman dari telang biru. Saya buat telangnya campur jeruk, degan, susu atau campur apa supaya menarik. Setelah itu coba buat nasi yang beda, nasi biru. Awalnya orang merasa aneh, nasi kok biru. Tapi lama kelamaan, banyak yang tertarik dan pesan.
Mana yang lebih dulu resto atau taman?
Dulu saya sering ke lapak-lapak, orang datang menikmati tanaman, jadi saya bikin taman, dan juga jualan. Kalau orang mau beli silahkan, tidak juga tidak apa. Tadinya tidak ada makanan, tapi orang yang datang mulai menanyakan, karena datang jauh-jauh, tidak ada makanan. Saya buatkan makanan dan minuman. Kita datangkan ibu-ibu sekitar sini untuk masak. Mulai dari situ. Kemudian banyak orang yang datang, kumpulan, pengajian semakin lama semakin banyak. Tadinya hanya buka hari Sabtu dan Minggu, setelah itu buka setiap hari sampai sekarang. Tutup saat covid. Tapi secara online tetap buka.
Banyak sekali tanaman yang bisa diolah seperti serai, kenapa pilih telang?
Saya melihat itu sesuatu yang berbeda. Warnanya bagus, dan telang tidak mempunyai rasa. Jadi sebetulnya telang itu intinya sebagai pewarna, larut dalam air dan tidak ada bau. Antosianinnya itu bagus, waktu dikasih, direndam air warnanya jadi bagus, seperti tinta.
Jadi telang ini menu andalan, ada stok khusus?
Stok ada beberapa tanaman, karena telang itu bunganya banyak. Telang itu tidak perlu lahan luas. Tanaman telang cepat mati, jadi setelah beberapa saat, harus diganti baru. Dan kita untuk penjualan tidak terlalu fokus jualan bunga telangnya. Bunga telang fokus dipakai sendiri untuk bahan makanan dan minuman. Dulu kita jual bunga telang biru kering Rp1 juta/kg, sekarang tidak. Kita jual yang bibit. Kita biasanya perbanyak dalam bentuk bibit, di polibag. Yang di lahan terbuka untuk kita panen sendiri.
Kenapa tidak jual bunga telang kering, harganya tinggi?
Karena dijual dalam bentuk bibit untungnya jauh lebih besar. Kita jual bijinya juga. Untuk bunga kita pakai sendiri. Banyak yang minta bunganya, tapi begitu mereka tahu cara budidayanya yang mudah, mereka akan lebih suka beli bibitnya saja atau benihnya, Rp10 ribu/ pak isi 50 benih. Dalam beberapa bulan sudah punya tanaman sendiri. Bisa ditanam dipot atau dipolibag. Itu jauh lebih murah.
Ini khusus telang biru, tidak yang warna lain?
Telang ada yang warna putih, ada yang ungu, ada yang biru, ada yang tumpuk, ada yang tidak tumpuk. Tapi yang putih dan yang ungu tidak bisa dipakai, karena tidak ada antosianinnya. Yang ada antosianinnya yang warna biru. Jadi yang kita manfaatkan yang biru baik yang tumpuk maupun yang tidak tumpuk.
Butuh berapa lama untuk sukses seperti ini?
Mulai ada respons 3 tahun Saya rintis ini tahun 2015, tahun 2018 sudah mulai terlihat. Tahun 2020 tutup karena covid. Kalau sebelum covid bisa sampai 300-400 orang yang datang. Sekarang sudah mulai membaik lagi, meski belum normal.
Bagaimana usaha supaya bisa berkembang?
Menurut saya orang usaha nomor 1 harus bisa jualan. Seringkali yang difokuskan itu membuat, baru menjual. Kalau saya menjual dulu, barang yang ada bisa kita jual, kalau sudah kuasai itu, baru kita buat. Jadi misal tanaman, awalnya kita tidak buat tanaman (perbanyak tanaman). Kita jualan, ambil dan jual. Untung sedikit tidak masalah. Kita punya jualan, kita punya network, kita punya orang yang mau membeli, setelah itu baru kita buat.
Seperti resto ini, bertahap. Ini lahan 2 hektare bukan beli, tapi sewa. Kalau harus beli, saya harus alokasikan berapa M untuk lahan? Saya sewa lahan, tapi saya punya penjualan. Dengan punya penjualan, mau kita pindah kemanapun, penjualan itu ada. Seringkali orang itu usaha bikin resto, beli tanah dulu, beli resto dulu, terus tidak laku modalnya sudah terlanjur masuk. Orang bisa membuat, tapi kemudian tidak bisa jualnya. Kalau saya tidak seperti itu. Saya memang fokus ke penjualan. Fokusnya bagaimana kita bisa memahami keinginan dari konsumen. Konsumen suka seperti ini ya kita ikuti. Apakah itu dari kita atau tidak itu nomer 2. Tapi yang penting konsumennya itu terpenuhi.
Sudah ada hasil dari Erista Garden?
Erista Garden ini sudah menghasilkan, dari resto, tanaman hias, semua produk yang ada didalamnya. Hasil ini bisa untuk mengembalikan sewa, memang arahnya seperti itu. Sebenarnya dalam kerja ini yang paling mahal itu membangun tim. Itu investasi yang saya lakukan. Bagaimana membuat orang bisa kerja sendiri, mengontrol sendiri, bisa bertanggungjawab, itu yang cukup lama. Dulu saya handle sendiri, hasil berapa, untuk gaji karyawan, kulakan, mengatur orang dan sebagainya. Sekarang tidak lagi, sudah ada 40 karyawan, tim yang menghandle ini.
Harapan ke depan?
Saya membuka ini tujuan utamanya pemberdayaan. Saya ingin membuktikan bahwa orang-orang di desa, yang hanya lulusan smk pun bisa menghandle pekerjaan seperti ini. Saya ingin memberikan confident pada orang-orang yang di desa, di daerah, bahwa sebetulnya usaha itu jika ditekuni dengan baik bisa menghasilkan.
Mengembangkan karyawan menjadi seorang wirausaha. Memang yang perlu ditekankan adalah membuat mereka menjadi tekun dan pantang mundur. Itu yang susah, banyak yang gagal, banyak yang datang, tidak laku, keluar. Hanya orang-orang yang tahan saja yang bisa. Bahwa sebenarnya orang usaha itu bukan masalah skill tapi masalah mindset. Jadi bukan skill memasak tapi mindset bahwa barang itu harus dijual. Itu yang seringkali dilupakan.
Agar mereka punya skill set. Begini, kalau saya kerja di pabrik harus memproduksi dengan baik, kalau di usaha saya harus menjual dengan baik, apapun produknya. Itu nomor 1. Setelah itu baru membuat produk yang sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Itu mungkin yang sangat membedakan. Saya dulu pernah di pabrik, kemudian usaha Erika Garden ini, dan saya juga dosen. Sangat saya pahami, bahwa ketiga profesi itu berbeda-beda. Jadi saya tidak bisa menganggap bahwa kerja di pabrik lebih baik daripada dosen, atau sebaliknya. Tidak. Itu jalan yang berbeda-beda membutuhkan skill set yang berbeda-beda.
Anna Zulfiyah