Harga Beras Masih Tinggi

Harga beras masih tinggi meski Bulog sudah impor beras. foto: Antara

Keputusan mengimpor beras untuk stabilkan harga ternyata masih belum mampu menurunkan harga beras di pasaran. Bulog sebagai pelaksana impor dan bertanggung jawab untuk menstabilkan harga malah menuding ada mafia beras yang mengacaukan upaya stabilisasi. Upaya berkilah atau soal kinerja?

Keputusan pemerintah mengimpor beras ternyata tidak juga membuat harga beras di pasaran turun. Bahkan, beras impor berkualitas premium — yang dijual dengan harga beras kualitas medium — itu seperti menggarami laut. Sepanjang minggu lalu sampai hari Sabtu (11/2/2023), harga beras medium di pasar Jakarta, seperti yang terlihat di panel Badan Pangan Nasional (Bapanas), masih Rp10.730/kg. Harga pasar ini masih sama dengan posisi Senin (5/2/2023) atau masih jauh dari harga eceran tertinggi (HET) yang dipatok pemerintah Rp9.450/kg.

Bahkan, dari data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan, harga beras cenderung naik, bukan turun. Pada pemantauan akhir pekan (Jumat, 10/2/2023), harga beras medium naik 0,5% dari Rp11.296/kg sehari sebelumnya menjadi Rp11.352/kg.

Harga yang bergeming dan cenderung naik ini membuat panas Bulog. Padahal, Bulog sudah mengguyur pasar sejak Januari 2023, melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) atau Operasi Pasar. Direktur Utama Perum Bulog, Budi “Buwas” Waseso pun menuding ada mafia yang mempermainkan beras Bulog. Tudingan itu ditanggapi serius oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin dan meminta aparat menyelidiki dan mengusut tuduhan tersebut.

Buwas sendiri mencoba membuktikan dugaan adanya mafia saat itu. Bersama dengan Satgas Pangan Polda Banten, jenderal purnawiran ini menangkap 7 tersangka yang mengoplos dan mengemas ulang beras Bulog. “Apa yang saya sampaikan minggu lalu terbukti hari ini, dan saya yakin hal ini akan diusut oleh Kepolisian tentang siapa dalangnya dan siapa saja yang terlibat dalam kasus ini,” kata Buwas di Polda Banten, Jumat (10/2/2023).

Hanya saja, di mata pedagang, tuduhan adanya mafia tidak menyelesaikan persoalan, dan malah seperti senjata ampuh yang selalu dipakai setiap kali harga beras naik. “Dari pada menyalahkan pihak lain (mafia beras), yang selalu menjadi sasaran Bulog ketika harga beras meningkat, lebih baik Bulog untuk evaluasi diri atas kinerjanya,” kata Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Abdullah Mansuri, Jumat (10/2/2023).

Pengamat Center of Economic and Law Studies (Celios), Muhammad Andri Perdana juga sependapat. Dia malah menyayangkan Bulog yang tak mampu mengelola tataniaga beras dan menyerap beras petani. “Bulog tahun kemarin penyerapannya sangat rendah, yang mana bisa dikatakan aneh. Padahal, menurut data BPS dan Kementan, harusnya produksi dalam negeri kita sudah cukup, bahkan surplus. Tapi nyatanya Bulog kesulitan untuk menyerap stok CBP yang akhirnya memaksa kita untuk impor beras,” kata Andri. AI