Berkat JUT, Distribusi Hasil Pertanian Jadi Gampang

Kementerian Pertanian telah melakukan pembangunan infrastruktur berupa jalan usaha tani (JUT) yang diperuntukan kepada masyarakat tani atau kelompok tani. Seperti pembangunan JUT yang kerjakan oleh Kelompok Tani (Kelota) Pertiwi Wisesa di Kabupaten Tabanan, Bali.

Pembangunan jalan usaha tani bertujuan untuk mempermudah akses para petani dalam memperluas jalur distribusi hasil pertanian. Ini sekaligus untuk meningkatkan pendapatan para petani.

“Ini(pembangunan JUT) menjadi salah satu program strategis yang dilaksanakan Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP),” kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Menurut dia, pembangunan infrastruktur tersebut merupakan salah satu peranan penting dalam pertanian, karena dapat memangkas biaya produksi yang dikeluarkan petani dalam membudidayakan pertanian.

“Pembangunan jalan pertanian ini sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian nasional, yakni menyediakan pangan bagi seluruh rakyat, meningkatkan kesejahteraan petani, dan menggenjot produktivitas,” terangnya.

Sebagai informasi, pembangunan jalan usaha tani Kelota Pertiwi Wisesa dibuat sepanjang 290 meter (m) dengan dimensi ketebalan beton 15 centimeter (cm), dan lebar jalan 2 m.

Direktur Jenderal (Dirjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil mengatakan, prasarana dan sarana di era pertanian modern memang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas.

Dia menilai, pembangunan infrastruktur berpengaruh positif terhadap peningkatan produksi pertanian dan kesejahteraan petani.

“Sebab, untuk memenuhi persyaratan penggunaan alat dan mesin pertanian (Alsintan) serta pengangkutan sarana produksi dan hasil panen diperlukan fasilitas jalan, jembatan, serta kelengkapan yang memadai,” kata Ali.

Dia menjelaskan, kemajuan sistem pertanian tak hanya ditandai dengan penggunaan Alsintan semata, tetapi juga meningkatnya produktivitas dan kesejahteraan para petani.

Terlebih, imbuh Ali, dalam konteks sistem pertanian modern diperlukan penambahan maupun penyempurnaan prasarana dan sarana pertanian yang dapat menunjang penggunaan Alsintan.

Tak hanya itu, sebut dia, diperlukan pula penyempurnaan prasarana dan sarana pertanian untuk mengangkut sarana produksi pertanian (saprodi) dan hasil pertanian, baik dari maupun menuju lokasi.

“Jalan usaha tani akan mempermudah akses Alsintan menjangkau areal persawahan. Jalan pertanian ini akan memutus cost production atau biaya produksi yang besar dan memberi banyak manfaat untuk petani,” jelas Ali.

Sebagai informasi, JUT merupakan akses infrastruktur yang dibangun untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Selain itu juga tentunya agar distribusi hasil pertanian menjadi lancar.

Pembangunan JUT menjadi salah satu program strategis Kementerian Pertanian (Kementan) yang dilaksanakan melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP).

Ali Jamil mengatakan, prasarana dan sarana pertanian pada era pertanian modern memang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas.

“Untuk memenuhi persyaratan penggunaan Alsintan serta pengangkutan sarana produksi dan hasil panen, diperlukan fasilitas jalan, jembatan, serta kelengkapannya yang memadai,” katanya.

Menurut dia, majunya sistem pertanian tak hanya ditandai dengan penggunaan Alsintan saja, tetapi juga meningkatnya produktivitas dan kesejahteraan para petani.

Dia menyebutkan, JUT merupakan program yang sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian nasional, yaitu menyediakan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia, meningkatkan kesejahteraan petani, dan menggenjot ekspor.

“Jalan usaha tani ini akan mempermudah akses Alsintan menjangkau areal persawahan. Jalan pertanian ini akan memutus cost produksi yang besar dan memberi banyak manfaat untuk petani,” jelasnya.

Dalam konteks sistem pertanian modern, kata dia, diperlukan penambahan maupun penyempurnaan prasarana dan sarana pertanian yang dapat menunjang penggunaan Alsintan.

Selain itu, diperlukan pula penyempurnaan prasarana dan sarana pertanian untuk mengangkut sarana produksi pertanian (saprodi) dan hasil pertanian, baik dari maupun menuju lokasi.

Ali Jamil mengatakan, pihaknya menjalankan program pembangunan jalan pertanian untuk mendongkrak produktivitas sebagai bagian dari upaya mendorong pemulihan ekonomi nasional yang terdampak COVID-19.

“Sebagai bagian dari pemulihan perekonomian nasional, Ditjen PSP menyalurkan bantuan, salah satunya melalui wujud pembangunan jalan pertanian di berbagai daerah dengan pengupayaan tenaga kerja padat karya,” katanya.

Dia menyebutkan, saat ini Kementan menargetkan seribu titik pembangunan jalan pertanian di seluruh penjuru nusantara. “Pembangunan jalan pertanian ini meliputi budidaya tanaman pangan, hortikultura, peternakan, dan perkebunan,” tuturnya.

Ali menambahkan, ada tiga ketentuan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan program terebut, yakni lahan harus clear and clean, status lahan jelas, dan terdapat petani penerima manfaat.

Untuk spesifikasinya, lanjutnya, dimensi lebar badan jalan minimal dua meter (m) yang dapat dilalui kendaraan roda tiga. “Untuk dimensi jalan seperti bahu jalan, badan jalan, gorong-gorong, jembatan, saluran drainase dan lainnya disesuaikan dengan kondisi lokasi. Prinsipnya, pembangunan jalan pertanian ini mampu memangkas biaya produksi pertanian,” tegasnya. PSP

Irigasi Desa, Solusi Penuhi Kebutuhan Air Tanaman

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, sistem irigasi atau sumber air permukaan merupakan solusi memenuhi kebutuhan air untuk tanaman yang biasanya hanya mengandalkan sumber air dari hujan.

“Tanpa air, pertanian tidak dapat berkembang dengan maksimal,” katanya. Sejumlah petani jagung di Desa Singogalih, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim) pun mengamini hal tersebut. Mereka merasakan manfaat irigasi yang dipaparkan Mentan SYL. Para petani di sana mengaku, irigasi membuat pasokan air menjadi stabil dan membuat produktivitas budidaya jagung melonjak.

Untuk diketahui, irigasi di Desa Singogalih merupakan salah satu program dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan).

Direktur Jenderal (Dirjen) PSP Kementan, Ali Jamil menilai, irigasi adalah program strategis dalam konteks pengairan lahan pertanian.

Dia mengatakan, keberadaan irigasi pertanian membuat petani tidak khawatir lagi ketika memasuki musim kemarau. “Sebab, irigasi akan memasok air, sehingga produktivitas pertanian tetap terjaga,” papar Ali Jamil.

Menurut dia, pengairan pertanian harus berjalan baik dan tidak boleh terganggu oleh faktor apa pun. “Ada tiga aspek dari keberadaan irigasi pertanian, yaitu produktivitas, peningkatan indeks pertanaman (IP) pertanian, dan meningkatnya kesejahteraan petani,” ujar Ali Jamil.

Dia menjelaskan, pengairan yang baik mampu meningkatkan IP pertanian dan irigasi menjadi faktor penting yang memicu peningkatan produktivitas petani.

Dengan irigasi, kata dia, pasokan air di lahan sawah akan stabil, sehingga perkembangan budidaya tanaman petani dapat berjalan dengan baik.

“Irigasi bukan hanya bisa dimanfaatkan untuk mengairi lahan di sawah, tetapi juga bisa untuk mendukung aktivitas lainnya,” kata Ali Jamil.

Dia berharap, program irigasi Kementan dapat bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan petani meningkat.

Hal serupa diutarakan juga oleh Direktur Irigasi Pertanian Ditjen PSP Kementan Rahmanto. Dia memaparkan, air adalah faktor teknis yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian.

“Ketika produktivitas pertanian meningkat, akhirnya kesejahteraan petani juga meningkat,” tuturnya.

Dia berharap, irigasi dapat dimanfaatkan untuk sektor lain, seperti hortikultura, perkebunan, dan peternakan. PSP