Pemerintah Indonesia hingga saat ini masih belum berniat menggunakan opsi impor untuk menambah pasokan beras di dalam negeri. Hal ini dikarenakan penyerapan beras dalam negeri yang dilakukan Bulog masih berjalan lancar dan stok beras yang dimiliki Perum tersebut juga masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan beras di dalam negeri.
“Bulog belum merasa perlu untuk melakukan kegiatan impor karena semuanya masih berjalan lancar,” ujar Dirut Bulog Sutarto Alimoeso di Jakarta, akhir pekan lalu.
Sutarto menyebutkan, kegiatan penyerapan beras di dalam negeri yang dilakukan Bulog, hingga kini masih berjalan normal seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. “Pola penyerapannya masih sama seperti yang lalu,” ucapnya.
Selain kegiatan penyerapan yang masih lancar, stok beras yang ada di gudang-gudang Bulog hingga akhir pekan lalu mencapai 1,938 juta ton. Stok ini mampu memenuhi kebutuhan beras di dalam negeri hingga awal tahun 2015 nanti.
Menurut Sutarto, stok beras yang ada di gudang-gudang Bulog akan terus bertambah karena kegiatan penyerapan beras di dalam negeri masih terus dilakukan dan saat ini masih ada sejumlah daerah yang mengalami panen padi.
Terkait anomali cuaca El Nino yang bisa mempengaruhi produksi beras nasional, Dirut Bulog Sutarto Alimoesoa menegaskan, pemerintah telah melakukan antisipasi dengan melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap kegiatan tanam dan panen padi. “Pengawasannya bahkan dilakukan secara hari ke hari,” tegasnya.
Belum adanya keinginan pemerintah untuk memerintahkan Bulog melakukan impor beras juga dilontarkan oleh Deputi Menko Perekonomian Bidang Kordinasi Pangan dan Sumberdaya Hayati, Diah Maulida. Menurut Diah, hingga saat ini belum ada pembahasan mengenai opsi perlunya pemerintah melakukan impor beras guna mengantisipsi kekurangan kebutuhan beras nasional akibat dampak negatif El Nino.
Diah juga mengaku belum mendapatkan laporan mengenai perkiraan FAO atau USDA tentang kemungkinan Indonesia akan mengimpor beras sekitar 1,5 juta ton pada tahun 2014 ini sebagai dampak dari produksi beras yang tak maksimal akibat El Nino.
“Saya belum tahu soal laporan FAO tersebut. Yang saya tahu adalah laporan FAO yang menyebutkan sejumlah negara, termasuk Indonesia, telah berhasil melakukan peningkatan produksi berasmya,” ujarnya.
Walaupun begitu, Diah juga mengatakan kalaupun pemerintah nantinya terpaksa melakukan impor beras, hal itu hanya bersifat untuk memperkuat stok beras yang ada di Bulog.
Beras premium
Sementara Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebutkan, kegiatan impor beras yang terjadi saat ini adalah impor beras jenis premium atau beras khusus yang dilakukan oleh importir produsen.
“Kalau impor beras oleh Perum Bulog belum ada. Impor beras yang terjadi saat ini adalah impor beras jenis premium atau khusus,” kata Dirjen Perdagangan Luar Negeri, Kemendag, Bachrul Chairi.
Menurut Bachrul, hingga awal Juni, Kemendag telah mengeluarkan izim impor sebanyak 148.773 ton yang terdiri atas beras pecah 100% (menir) sebanyak 110.568 ton dan ketan pecah 100% sebesar 38.205 ton kepada 13 importir produsen beras.
Sementara pada tahun 2013 lalu, Kemendag memberikan izin impor untuk beras jenis tertentu (japonica, basmati, kukus, ketan utuh dan thai hom mali) sebanyak 166.298 ton dan yang direalisasikan volume impornya sebanyak 156.844 ton.
Sementara izin impor untuk beras beras pecah 100% dan ketan pecah 100% pada tahun 2013 mencapai 312.220 ton dan yang direalisasikan oleh importir produsen adalah sebanyak 170.237 ton.
Bachrul juga menegaskan pada tahun 2013, tidak ada impor beras yang dilakukan oleh Perum Bulog.
Masih normal
Sementara itu harga jual dan pasokan beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) sepanjang pekan lalu masih berjalan normal. Harga beberapa jenis beras di PIBC dibanding seminggu sebelumnya masih relatif stabil. Harga beras premium seperti beras Cianjur Kepala, Cianjur Slyp, Sentra dan Saigon berkisar Rp9.600/kg-Rp12.000/kg.
Sedangkan untuk harga beras medium di PIBC terpantau mengalami penurunan harga antara 0,6%-2,4%, yaitu beras jenis IR-64 I harganya turun 1,1% dari Rp 8.800/kg menjadi Rp8.700/kg, IR-64 II turun 2,4% dari Rp8.100/kg menjadi Rp7.900/kg, serta IR-64 III turun 1,3% dari Rp7.500/kg menjadi Rp7.400/kg.
Selain itu, pasokan beras di PIBC per 12 Juni 2014 masih dalam kondisi normal, yaitu sebesar 2.714 ton, dengan pasokan normal per hari mencapai 2.500-3.000 ton.
Menurut Ketua Pepadi, Nellys Soekidi, hingga kini pergerakan harga beras belum terjadi karena di beberap daerah masih terjadi kegiatan panen yang dipicu oleh keterlambatan masa tanam yang diakibatkan cuaca ekstrim dan musibah banjir pada awal tahun ini.
Namun, dia menyatakan bahwa pasokan beras yang masuk ke PIBC saat ini kebanyakan dikuasai oleh jenis beras medium ke atas, seperti beras Cianjur, Muncul dan setra ramos. Sementara untuk beras medium ke bawah, seperti IR-64, masih belum banyak. “Kami kekurangan pasokan beras medium ke bawah,” ucapnya.
Segera pasok
Menanggapi keluhan pedagang itu, Menko Perekonomian Chairul Tanjung memerintahkan Perum Bulog untuk segera memasok beras medium ke bawah ke PIBC/ Kami akan meminta Bulog dalam satu atau dua hari ke depan untuk memasok beras medium ke bawah sehingga msyarakat bisa memiliki pilihan untuk mendapatkan beras jenis medium ke bawah,” ujar Chairul Tanjung di sela kunjungan ke PIBC, Jumat pekan lalu.
Menurutnya, PIBC merupakan salah satu barometer harga beras yang menjadi acuan harga di pasar-pasar beras di sekitar Jabodetabek bahkan secara nasional, sehingga perlu untuk terus dipantau perkembangan harga, pasokan, dan ketersediaannya.
Menanggapi permintaan Menko Perekonomian Chairul Tanjung, Dirut Perum Bulog Sutarto Alimoeso menyatakan, perseroan akan siap menyediakan beras murah atau medium untuk pasokan di PBIC.
“Kita siap untuk berapapun yang diminta pasar. Sekarang kan stok kita 76.000, jadi kita berapapun yang mereka minta akan kita lepas, karena secara nasional stok pemerintah yang ada di Bulog 320.000 ton,” ucap Sutarto Alimoeso.
Sutarto menegaskan, jika memang pedagang di PBIC meminta, Bulog akan memberikan berapun kebutuhan mereka. “Jadi, nanti tergantung ordernya mau berapa. Tapi berapa pun minta, berapapun akan dikasih,” jelasnya.
Sementara itu terkait dengan upaya menjaga pergerakan harga beras pada periode menjelang puasa dan lebaran, pemerintah akan terus berupaya menjaga stabilitas harga barang kebutuhan pokok. “Kalaupun pedagang menaikkan harga, diharapkan masih dalam batas normal, ” ujar Menko Perekonomian Chairul Tanjung.
Untuk menjaga stabilisasi harga bahan pangan, Menteri Perdagangan M Lutfi mengatakan pemerintah akan terus memantau harga dan ketersediaan barang kebutuhan pokok sebelum puasa dan Lebaran. “Kegiatan ini akan kita lakukan secara berkala. Masyarakat diharapkan tidak perlu khawatir, karena stok barang kebutuhan pokok baik di pasar-pasar tradisional maupun pasar modern/ritel cukup,” tegas Mendag.
Saat ini, lanjut Mendag, Pemerintah sudah berkoordinasi antar lembaga dan dengan pihak produsen serta pedagang dalam rangka persiapan menyambut puasa dan Lebaran 2014. Hasilnya, pengusaha ritel telah menambah stoknya sebesar 30%-50%; Kementerian Perhubungan akan memprioritaskan pendistribusian beras, gula, terigu, minyak goreng, daging sapi, daging ayam, telur ayam, cabe, bawang. B Wibowo