Direktur Termuda Kementan

Direktur Alsintan, Andi Nur Alamsyah, STP. M.T

Alat dan mesin pertanian (Alsintan) pegang peran penting dalam pembangunan pertanian modern yang kini sedang dikembangkan Kementerian Pertanian (Kementan). Apalagi, tahun 2019 Kementan punya hajat besar untuk menggarap lahan rawa lebak dan pasang surut di enam provinsi dengan menggunakan mekanisasi.

Mekanisasi merupakan proses penggantian dan penggunaan berbagai macam mesin yang ditujukan untuk alat pengganti tenaga manusia maupun hewan.

Di Indonesia, proses mekanisasi telah dimulai sejak lama dan menjadi kunci penting menuju negara maju. Salah satu mekanisasi yang berperan dalam pembangunan di Indonesia adalah mekanisasi pertanian. Hal ini membuat Indonesia menjadi negara agraris.

Bagi Andi Nur Alamsyah, STP, M.T., Alsintan bukan barang baru lagi. Sebelum dilantik menjadi Direktur Alsintan, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementan, bapak tiga anak ini adalah Kepala Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan), Litbang Pertanian.

Andi, panggilan akrabnya, menjabat sebagai Kepala BBP Mektan sejak tanggal 10 Oktober 2016, dan kemudian dilantik Mentan Andi Amran Sulaiman menjadi Direktur Alsintan pada tanggal 12 November 2018.

Pria kelahiran Pinrang, Sulawesi Selatan, 1 Februari 1975 ini tercatat sebagai eselon dua termuda di Kementan. Andi juga pernah menjabat kepala Bidang Program dan Evaluasi di Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Litbang Pertanian.

Selain jabatan struktural, Andi menjadi fungsional peneliti Madya. Jebolan S-2 Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB) ini sekarang sedang melanjutkan studi doktoralnya (S-3) di Teknik Kimia, Universitas Padjajaran, Bandung.

Andi Nur Alamsyah ternyata bisa juga disapa sebagai “Pak Lurah”. Maklum, istrinya, Rena Dafrina, saat ini masih menjadi Lurah Sempur, Bogor.

Pria berbadan subur ini enak diajak bicara, terutama soal Alsintan dan mekanisasi pertanian. Apalagi mengenai rencana pengembangan lahan rawa lebak dan pasang surut seluas 500.000 ha. Pengembangan lahan ini full mekanisasi dengan korporasi.

Seperti yang pernah disebutkan Mentan Amran Sulaiman, bantuan Alsintan  akan difokuskan/prioritaskan kepada petani/kelompok tani di lahan rawa. Amran malah meminta direktur baru ini agar bantuan Alsintan diutamakan untuk petani lahan rawa agar mereka bisa mengoptimalkan lahan rawa.

“Optimalisasi pemanfaatan Alsintan menjadi pekerjaan utama yang harus diselesaikan,” kata Andi Nur Alamsyah. Berikut petikan wawancara Agro Indonesia dengan pria ramah di ruang kerjanya di Direktorat Alsintan, Jakarta, Jumat (30/11/2018).

Bagaimana pendistribusian Alsintan di lahan rawa?

Pendistribusian dan pemanfaatan Alsintan bantuan ini harus tepat. Pemerintah daerah dan petani yang mendapatkan bantuan harus benar-benar dipastikan memanfaatkan Alsintan untuk kegiatan pertanian yang mendorong peningkatan produksi dan pendapatan petani.

Untuk mewujudkan itu, langkah apa yang Anda dilakukan?

Kami akan aktif terjun langsung ke lapangan guna melakukan pendataan dan memastikan Alsintan beroperasi apa tidak. Selain itu, kami akan melakukan monitoring dengan menggunakan sistem. Dengan begitu,  kami akan dengan mudah mengetahui apakah Alsintan bantuan itu dipakai atau tidak. Seperti biasanya, kalau penggunaan tidak maksimal, maka akan direlokasi.

Pemanfaatan Alsintan untuk lahan rawa tentu menjadi fokus kami. Sistem sudah kami siapkan. Semua kegiatan pertanian dari hulu hingga hilir dilakukan dengan mekanisasi, sehingga lebih cepat dan hemat biaya.

Alsintan apa yang disiapkan untuk lahan rawa tersebut?

Yang jelas, lahan rawa itu membutuhkan traktor. Kami akan sediakan traktor untuk mengolah lahan. Agar traktor bisa digunakan di lahan rawa, maka akan ditambah dengan roda sangkar. Fungsinya roda sangkar ini agar traktor bisa dipakai untuk semua lokasi, misalnya lahan rawa dan lahan kering. Balai Besar Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) kini sedang mendesain traktornya.

Apa Anda sudah menghitung berapa banyak kebutuhan Alsintan untuk pengembangan lahan rawa seluas 500.000 ha?

Kami memang belum menghitung soal kebutuhan itu berapa traktor atau Alsintan untuk lahan rawa.  Program ini kan belum launching.

Tapi kalau traktor bantuan untuk tahun 2019, sekitar 3.000 unit traktor roda 4 (TR-4) dan untuk TR-2 sebanyak 7.000 unit. Traktor ini akan diberikan kepada petani melalui Kelompok Tani (Poktan) atau Gabungan Poktan.

Teknologi apa lagi yang disiapkan untuk pengembangan lahan rawa?

Selain traktor untuk mengolah lahan, tentunya cara tanam tidak bisa kita lakukan dengan alat rice transplanter (alat tanam). Untuk itu, kita akan coba sistem tabur dengan menggunakan drone (pesawat). Dengan areal yang cukup luas, tidak mungkin tanam menggunakan tenaga kerja atau rice transplanter, harus pakai drone.

Selain untuk tanam, pemupukan dan pengendalian hama penyakit juga akan kita lakukan dengan menggunakan drone. Dengan mekanisasi ini, maka pengelolaan lahan rawa akan menjadi lebih efisien. Apalagi, dengan sistem korporasi.

Kalau boleh tahu, untuk tahun 2019, berapa jumlah alokasi Alsintan?

Saya di sini (direktur, Red.) belum satu bulan. Jadi, angka pastinya belum tahu persis. Tapi sekitar 50.000 unit untuk berbagai jenis. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan tahun 2018.

Bagaimana realiasi penyaluran Alsintan tahun ini?

Sampai sekarang ini, realiasi penyaluran Alsintan mencapai sekitar 80%. Perkiraan saya, realisasi kemungkinan mencapai 90%-95%, karena sekarang ini ada yang sedang persiapkan kontrak.

Bagaimana pemanfaatan traktor di lapangan?

Penggunaan traktor sampai sekarang ini sangat tinggi karena itu jenis ini tidak pernah nganggur. Apalagi musim olah tanah, petani terkadang kesulitan sewa traktor.

Alsintan mampu menghemat biaya produksi berapa persen?

Ya, sekitar 34% sampai 48%. Penghematan ini terjadi pada tenaga kerja, operasional dan perawatan. Sekarang ini beberapa daerah sudah banyak menggunakan mekanisasi. Jamalzen/PSP