Ekspor beras baik beras khusus dan beras premium mengalami kenaikan yang cukup tajam.
Demikian dikatakan oleh Direktur Jendral Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Sumarjo Gatot Irianto pada Konferensi Pers di Jakarta, Selasa (4/12/2018).
Menurut data Badan Pusat Statistik, ekspor pada beras khusus dan beras premium tahun 2017 sebanyak 3.433 ton. Angka itu meningkat lebih dari 2.540% dibandingkan pada 2014 yang hanya sekitar 130 ton.
“Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, hingga September lalu, volume ekspor beras kategori premium dan khusus mencapai 3.069 ton,” ujar Gatot.
Terkait hal itu, Gatot menyatakan, pemerintah tidak hanya terfokus pada peningkatan beras untuk memperkuat cadangan beras pemerintah saja, tetapi juga turut berupaya mengembangkan beras untuk segmen pasar khusus.
Selain itu soal produksi beras khusus, kinerja produksi komoditas utama tanaman pangan yang diantaranya, padi, jagung dan kedelai juga menunjukkan peningkatan. Selama lima tahun terakhir, rata-rata perkembangan produksi padi 4,07% per tahun, jagung 12,5% per tahun dan kedelai 8,79% per tahun.
Pemerintah juga memiliki program terobosan untuk mencapai sasaran produksi yaitu pola tumpang sari. Program ini adalah pengembangan pola tanam tumpan gsari padi, jagung dan kedelai sistem tanam rapat. Pola tumpang sari akan lebih dipacu lagi di tahun mendatang
”Pertimbangan pola tumpang sari ini agar tidak terjadi persaingan penggunaaan lahan antara komoditas padi, jagung dan kedelai. Indonesia masih punya peluang untuk menggenjot produksi dengan pola tersebut sampai 5 tahun ke depan sehingga dapat memitigasi alih fungsi lahan terutama akibat pembangunan infrastruktur,” ujarnya.
Atiyyah Rahma