Di tengah masa sulit seperti saat ini, industri kerajinan dan batik di dalam negeri diminta terus berupaya memunculkan kreativitas dan inovasi dalam rangka meningkatkan kinerja usahanya.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, Kemenperin mendorong para pelaku industri kecil menengah (IKM) di tanah air dapat membuat produk sesuai preferensi pasar dan cepat melakukan diversifikasi produk. Tujuannya guna memacu keberlangsungan usaha mereka di tengah dampak pandemi.
“Industri kerajinan dan batik yang merupakan bagian dari industri kreatif dan didominasi oleh sektor IKM, mendapat prioritas pengembangan oleh Kementerian Perindustrian, karena dinilai mempunyai daya ungkit besar dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional,” papar Menperin di jakarta, rabu (24/03/2021)..
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian, Doddy Rahadi menyampaikan bahwa salah satu unit kerjanya, yakni Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta, akan kembali melaksanakan kegiatan Inkubasi Bisnis Teknologi Innovating Jogja Tahun 2021.
“Kegiatan Innovating Jogja ini bertujuan untuk pengembangan sektor industri kerajinan dan batik agar lebih berdaya saing, dengan memanfaatkan teknologi inovasi yang berasal dari masyarakat (calon tenant) atau memanfaatkan teknologi yang dimiliki oleh BBKB Yogyakarta,” tutur Doddy.
Selaras dengan perubahan fokus BSKJI, yang dahulu bernama Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI), pelaksanaan kegiatan Innovating Jogja tahun 2021 menitik beratkan pada optimalisasi pemanfaatan teknologi pada proses bisnis para tenant.
Adapun pendaftaran Innovating Jogja 2021 telah dibuka bagi masyarakat umum yang berusia di bawah 45 tahun. Selain itu telah lulus SMA/SMK, berminat mengembangankan usaha, mampu mengunakan komputer dan memiliki ide yang inovatif di bidang kerajinan dan batik. Pendaftaran dilakukan dengan mengisi formulir online pada website innovatingjogja.id sebelum tanggal 30 April 2021.
Kepala BBKB Yogyakarta Titik Purwati Widowati mengemukakan bahwa program Innovating Jogja yang sudah berjalan sejak tahun 2016 ini dinilai mampu menghasilkan industri baru yang kompetitif di bidang kerajinan dan batik di wilayah Yogyakarta dan beberapa daerah lainnya.
“Bahkan, beberapa tenant lulusan Innovating Jogja sudah berhasil melakukan ekspor,” ungkapnya. Secara total, sejak 2016 hingga 2020, Innovating Jogja telah membimbing sebanyak 113 calon dalam kegiatan bootcamp, dan 20 di antaranya berhasil lolos sebagai tenant inkubator teknologi bisnis.
“Kami merasa berbangga dalam pelaksanaan Innovating Jogja di tahun sebelumnya telah melahirkan industri-industri kerajinan yang masih bisa survive dan berkembang sampai dengan sekarang seperti Wastraloka, Janedan, Alra, Tizania Jumputan, Djadi Batik, Ramundi Diby Leather, Smart batik, dan Arane,” sebut Titik. Beberapa di antara mereka telah mencapai omzet lebih dari Rp500 juta per tahun. Buyung N