Kementerian Pertanian bergerak cepat untuk mencapai target swasembada tiga komoditi: padi, jagung dan kedelai. Bahkan, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengaku pihaknya sudah menyiapkan dana kontijensi Rp1,9 triliun. Mampukah swasembada dicapai, terutama kedelai?
Swasembada pangan memang harga mati. Kegagalan pemerintahan SBY mencapai satu saja target swasembada tidak menyurutkan pemerintah Presiden Jokowi untuk mengejar target yang sama. Memang, swasembada yang dibidik tinggal tiga, yakni padi, jagung dan kedelai, minus daging dan gula. Namun, tiga target itu juga bukan perkara gampang. Yang paling berat apalagi kalau bukan kedelai. Selain tanaman subtropis, kedelai menggunakan lahan yang sama dengan jagung, yang berarti bisa terjadi ‘rebutan lahan’.
Kesangsian itu pula yang dikemukakan pengamat pertanian IPB, Andreas Santosa karena potensi rebutan lahan jagung dengan kedelai. “Kalau jagung meningkat, maka akan berpengaruh pada produksi kedelai. Demikian sebaliknya. Kedelai meningkat, jagung kemungkinan turun. Tapi yang jelas, kedelai sangat sulit, bahkan mungkin tidak akan tercapai,” jelasnya.
Pesimisme itu juga dikemukakan Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir. Buat petani, menanam komoditi bahan baku tempe/tahu ini kurang menarik. “Harga jualnya tidak menguntungkan,” katanya. Kalau tetap ngotot, pemerintah harus berikan bantuan benih, pupuk dan permodalan. Selain itu, ubah pola tanam dari padi-padi-jagung jadi padi-jagung-kedelai atau padi-kedelai. Dengan peningaatan indeks pertanaman (IP), pemerintah tak perlu menambah areal tanam baru.
Namun, Mentan Amran menepis pesimisme itu dan bersikap optimis. Apalagi, untuk mendukung program itu, pemerintah menyediakan anggaran dari dana kontijensi (dana siaga) Rp1,9 triliun, di mana seperempatnya atau sekitar Rp400-500 miliar dipakai untuk memperbaiki jaringan irigasi tersier.
“Perbaikan irigasi sangat mendesak agar kita bisa tingkatkan indeks pertanaman (IP). Kita harap sisa waktu 2 bulan ini dapat memperbaiki jaringan tersier, sehingga dapat mengairi sekitar 460.000-500.000 hektare areal tanaman,” ujarnya, seraya menyebut sisa dana lainnya dipakai untuk bantuan benih/bibit, alat dan mesin pertanian serta pupuk.
Apapun targetnya, swasembada pangan memang mutlak, terutama untuk mengikis ketergantungan impor yang berbahaya. Hanya saja, Amran jangan sampai mengulangi kegagalan pendahulunya, di mana tak satupun target swasembada tercapai. AI