Kementan Terus Upayakan Harga Jagung Stabil

Direktur Irigasi Pertanian, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Rahmanto (tengah) mengatakan, pemerintah berusaha menstabilkan harga jagung petani yang menurun karena panen raya. Salah satunya dengan tunda jual, yaitu produksi jagung tidak langsung dijual, tapi disimpan. Karena itu, dinas pertanian diusulkan punya program untuk menjaga produksi dan stabilitas harga.

Panen raya yang sedang terjadi membuat harga jagung di petani tertekan. Bahkan di Banyuwangi harga anjlok sekitar Rp3.200-Rp3.300/kg. Dengan demikian, petani sudah tidak untung karena biaya operasional jagung makin lama makin tinggi.

Direktur Irigasi Pertanian, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Rahmanto menuturkan, turunnya harga karena produksi tengah tren dan petani tidak bisa menyimpan lama.

Pedagang juga ada keterbatasan untuk menyimpan, sehingga pembelian jagung terbatas. Oleh karena itu, pemerintah terus mengupayakan berbagai cara untuk mengatasi permasalahan harga supaya tidak anjlok dan petani aman.

“Keluhan-keluhan dari para petani akan kami respons dan dibahas di tingkat pusat, sehingga kelak ada kebijakan yang menguntungkan petani jagung,” tutur Rahmanto, Rabu (27/2/2019).

Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan tunda jual, yaitu produksi jagung tidak langsung dijual, tapi disimpan. Karena itu, dinas pertanian diusulkan punya program untuk menjaga produksi dan stabilitas harga.

“Bisa kita buatkan gudang-gudang penyimpanan dan pengolahan kita bantu dengan mesin pengering dan mesin pemipil,” katanya. Dengan begitu, petani dirancang untuk bisa mengolah produksi dahulu, terus disimpan dan dikeluarkan sedikit-sedikit.

“Kita upayakan untuk fasilitasi mesin pengolahan, gudang dan sebagainya,” tutur Rahmanto. Upaya jangka pendek yang tengah dilakukan oleh pemerintah, katanya, adalah dengan melibatkan Bulog dalam penyerapan jagung.

Dia mengakui, langkah tersebut belum bisa dilakukan sepenuhnya mengingat gudang Bulog sudah penuh dengan penyerapan padi dari petani. “Masih diproses untuk aksi cepat tanggap untuk hal tersebut,” tuturnya.

Upaya lanjutan adalah dengan membentuk korporasi petani karena luasan hamparan di Desa Barurejo, Kecamatan Siliragung, Kabupaten Banyuwangi bisa mencapai 2.000 hektare (ha) sehingga sudah mencapai skala ekonomi.

Sistem korporasi ini terus diupayakan pemerintah agar masyarakat punya kekuatan tawar yang baik, termasuk harga bisa ditentukan sendiri oleh petani. “Kalau harga tidak cocok, ya kita punya gudang dan sarana pengolahan hasil. Kita simpan,” tuturnya.

Korporasi Petani

Rahmanto mencontohkan LMDH di Lebak Banten yang sudah menjadi percontohan korporasi petani. Di mana produktivitas jagung meningkat menjadi 8 ton/ha dan sistem usaha tani teratur secara utuh dalam satu manajemen kawasan.

Korporasi petani juga bisa memperkuat kelembagaan petani dalam mengakses informasi, teknologi, prasarana dan sarana publik, permodalan serta pengolahan dan pemasaran.

Termasuk kerja sama dengan Perum BULOG dan industri pakan untuk menjaga stabilitas harga jagung, agar minat petani untuk terus berbudidaya jagung terus terpelihara dalam rangka mendukung ketahanan pangan Indonesia.

“Bantuan untuk korporasi petani juga ada berupa Alsintan, sehingga pertanaman jagung nantinya tidak hanya saat musim hujan saja. Mungkin bisa nanti dibuat embung atau air permukaan sehingga bisa mengubah waktu pertanaman (off season),” tutup Rahmanto.

Direktur Jenderal PSP Kementan, Sarwo Edhy mengatakan, bagi masyarakat petani yang membutuhkan bantuan jaringan irigasi atau pembangunan embung, bisa mengajukan ke Dinas Pertanian Kabupaten atau Kota masing-masing.

“Nanti Dinas bisa meneruskannya ke Ditjen PSP untuk ditindaklanjuti. Bantuan ini diharapkan bisa membantu petani yang ujung-ujungnya bisa mensejahterakan petani,” ujarnya.

Sarwo Edhy menjelaskan, salah satu fokus utama program Ditjen PSP adalah pada pembangunan infrastruktur pertanian, khususnya di sektor irigasi.

“Program padat karya fokusnya pada irigasi pertanian melalui rehabilitasi dan peningkatan fungsi jaringan irigasi tersier serta pengembangan irigasi perpompaan,” katanya.

Terkait pelaksanaan program padat karya di sektor irigasi, mulai dari perencanaan, pembangunan hingga perawatan dilakukan secara gotong royong oleh seluruh elemen yang terkait, seperti Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dan Kelompok Tani (Poktan).

“Kegiatan program padat karya oleh masyarakat dilakukan melalui pola transfer dana pemerintah langsung ke rekening kelompok penerima manfaat,” tuturnya

Suko Basuki, pemilik tiga perempat hektare lahan jagung di Dusun Buring, Desa Sukabaru, menyebut, saat proses pengolahan lahan, dia sempat kesulitan air. Namun, dengan adanya saluran irigasi yang lancar dan lokasi lahan dekat dengan Sungai Way Pisang membuatnya terbantu, meski harus menggunakan mesin pompa.

Pada lahan tiga perempat hektare, dia menanam bibit jagung sebanyak 3 kampil atau 15 kg. Jumlah tersebut menghasilkan jagung 120 karung. Jumlah tersebut diakuinya lebih banyak dibandingkan hasil panen sebelumnya, yang hanya 90 karung.

Menurut dia, hasil yang maksimal tersebut dipengaruhi oleh pasokan air dan pemupukan. Pupuk yang digunakan pada lahan tersebut di antaranya Urea, NPK dan SP-36. Keempat jenis pupuk tersebut sangat cocok digunakan pada lahan tanaman jagung yang berlokasi di tanah datar, sekaligus irigasi cukup memadai.

“Hasil panen jagung awal tahun ini cukup bagus, karena irigasi untuk tanaman terpenuhi, meski di daerah lain tanaman jagung mengalami gagal panen akibat pasokan air kurang,” terangnya.

Suko Basuki mengatakan, irigasi yang lancar tersebut merupakan bantuan pemerintah untuk pengairan melalui kelompok tani (Poktan) Sumber Rejeki. Selain digunakan untuk petani jagung, saluran irigasi tersebut juga dipergunakan untuk lahan pertanian padi sawah. PSP