Kementerian Pertanian (Kementan) menggulirkan program optimasi lahan kering di Desa Mutih Wetan, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Optimasi lahan kering seluas 80 hektare itu diperuntukkan bagi Kelompok Tani (Poktan) Bantolo Sari.
Melalui kegiatan ini, Kementan berharap Indeks Pertanaman (IP) dan produktivitas petani, khususnya sektor tanaman pangan dapat terus meningkat.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menerangkan, Indonesia memiliki potensi lahan suboptimal yang cukup besar. Adapun lahan suboptimal yang paling luas adalah lahan kering.
“Merujuk pada data spasial dan tabular peta tinjau BBSDLP, luas lahan kering di Indonesia mencapai 144,47 juta hektar. Dari luas lahan kering tersebut sekitar 99,65 juta ha (68,98 persen) merupakan lahan potensial untuk pertanian,” papar Mentan SYL berdasarkan rilis yang diterima Sabtu (27/11/2021).
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil menambahkan, berdasarkan data potensi sumber daya lahan kering tersebut, kegiatan optimasi pemanfaatan lahan kering untuk pertanian dapat dikembangkan dalam upaya peningkatan produksi pertanian melalui perbaikan infrastruktur lahan dan air.
“Melalui program diharapkan akan terjadi peningkatan Indeks Pertanaman (IP) dan/atau produktivitas komoditas pertanian yang berdampak pada penambahan ketersediaan pangan nasional,” tutur Ali.
Dikatakan Ali, kegiatan optimalisasi lahan kering dimaksudkan untuk meningkatkan pemanfaatan lahan kering untuk pertanian, sehingga menjadi lebih produktif melalui penataan lahan dan sistem pengairan.
“Ada dua tujuan kegiatan ini. Pertama, meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dan/atau produktivitas tanaman pangan dan tanaman semusim, khususnya komoditas hortikultura dan perkebunan. Kedua, meningkatkan partisipasi P3A/GP3A/Poktan/Gapoktan dalam pengelolaan lahan pertanian,” papar Ali.
Ada beberapa jenis kegiatan optimasi lahan kering, di antaranya rehabilitasi dan/atau pembangunan infrastruktur pengairan di tingkat usaha tani beserta kelengkapannya.
Berikutnya adalah pembangunan unit pompa air dan perlengkapannya disesuaikan dengan kebutuhan lapangan. Pompa yang digunakan harus telahvmemiliki Standar Nasional Indonesia (SNI) atau Persyaratan Teknis Minimal (PTM).
“Lalu juga perbaikan kondisi lahan yang dapat mencakup aspek pekerjaan rehabilitasi lahan, konservasi tanah dan kesuburan tanah. Terakhir yakni penyiapan lahan dan tanah,” katanya.
Embung Bantu Petani Berproduksi di Musim Kemarau
Salah satu program strategis Kementerian Pertanian (Kementan) yang direalisasikan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) adalah embung. Program embung Kementan membantu petani di Desa Ranokolo, Kecamatan Maurole, Kota Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) dapat terus berproduksi meski di musim kemarau.
Mentan SYL menuturkan, sistem irigasi atau dengan sumber air permukaan berupa embung merupakan solusi dalam memenuhi kebutuhan pengairan pertanian.
Pasalnya embung, kata dia, sebagai suplesi air irigasi juga bisa menampung air hujan, sehingga dapat digunakan untuk pengairan tanaman pertanian.
“Air merupakan kebutuhan mendasar yang keberadaannya tak bisa dihindarkan. Terutama bagi petani dalam mengembangkan budi daya pertanian, air menjadi komponen paling penting,” ujarnya.
Pada kesempatan sama, Direktur Jenderal (Dirjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil mengatakan, keberadaan embung dapat membuat petani tetap aman meski memasuki musim kemarau.
Sebab, kata dia, embung akan memasok air, sehingga produktivitas pertanian tetap terjaga.
“Embung merupakan program strategis dalam konteks pengairan lahan pertanian. Embung akan menjaga irigasi pengairan pertanian, karena pertanian tak boleh terganggu oleh faktor apa pun,” tutur Ali.
Menurutnya, keberadaan air menjadi faktor penting bagi keberlanjutan sektor pertanian. Sebab, air mampu meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) petani.
Sementara itu, Direktur Irigasi Pertanian Direktorat Jenderal (Ditjen) PSP Kementan, Rahmanto berharap, embung dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk sektor tanaman pangan, tetapi juga sektor hortikultura, perkebunan dan peternakan.
“Embung adalah faktor teknis bagi terangkatnya produktivitas pertanian. Dengan hasil produktivitas yang baik, maka kesejahteraan petani juga akan meningkat,” katanya.
Dijelaskannya, Embung untuk Kelompok Tani Sangai Saate 3 itu direalisasikan dengan panjang 16 meter, lebar 10 meter, kedalaman 2,7 meter. Memiliki pintu air dengan tinggi 100 cm, ebung ini mendukung tanaman pangan.
“Embung sangat dibutuhkan oleh petani di saat curah hujan rendah dan atau ketika terjadi musim kemarau,” tutur dia.
Atiyyah