Perluas Inisiatif Pengelolaan Hutan Lestari, Generasi Muda dan Komunitas Dilibatkan

Plt Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari Agus Justianto (kanan) saat berdialog tentang pelibatan generasi muda dalam pengelolaan hutan dengan Board International Forestry Students Association (IFSA) Faiha Azka Azzahira dari UGM (tengah) dan aktivis muda gender dan perubahan iklim sekaligus duta UNICEF di COP 28 Dubai Alya Sabira dari UPNVJ (kiri).

Pelibatan generasi muda dan komunitas dalam berbagai inisiatif untuk mencapai pengelolaan hutan lestari akan memberi dampak yang lebih luas secara ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Plt Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Agus Justianto menyatakan pengelolaan hutan lestari bukan hanya tanggung jawab pemerintah tetapi juga lembaga non pemerintah, swasta, masyarakat, termasuk generasi muda.

“Sumber daya hutan harus kita kelola secara lestari sehingga bisa memberi manfaat secara berkelanjutan,” katanya di Jakarta, Kamis, 25 April 2024.

Agus sebelumnya menerima kunjungan silaturahmi generasi muda yang hadir di konferensi perubahan iklim COP 28 Dubai diwakili Board International Forestry Students Association (IFSA) Faiha Azka Azzahira dan aktivis muda gender dan perubahan iklim Alya Sabira dari UPNVJ sekaligus duta UNICEF di COP 28 Dubai.

Agus menjelaskan secara ekonomi, pemanfaatan hasil hutan kayu, non kayu, dan jasa lingkungan membuka pintu lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, dan penerimaan negara. Secara sosial, hutan merupakan tempat interaksi masyarakat, termasuk untuk edukasi dan wisata.

Dari aspek ekologi dan lingkungan, hutan merupakan rumah bagi berbagai keanekaragaman hayati flora dan fauna. “Peran hutan semakin penting terkait pengendalian perubahan iklim karena mampu menyerap dan menyimpan karbon dalam jumlah yang sangat besar,” kata Agus.

Agus pun mengundang generasi muda untuk terlibat lebih intens dalam pengelolaan hutan lestari. Menurut Agus, sebagai penerima tongkat estafet dari generasi saat ini, penting bagi generasi muda untuk mulai aktif dalam upaya-upaya pelestarian hutan.

Faiha Azka Azzahira menyatakan kesiapan untuk ikut berpartisipasi dalam mendukung pengelolaan hutan lestari. Menurut dia, generasi pemuda sebagai “agent of change” menitikberatkan peran dalam kemajuan dan masa depan bangsa.

“Partisipasi pemuda dalam pengelolaan hutan yang lestari memiliki berbagai bentuk dan manfaat, baik dari aspek pendidikan dan kesadaran lingkungan, advokasi dan pengarahan kebijakan, maupun penggunaan teknologi dan inovasi yang dilakukan dengan berbagai pendekatan, salah satunya adalah melalui pengembangan komunitas,” katanya.

Faiha melanjutkan, melalui peran aktif pemuda dalam membangun komunitas yang resilien dalam mendukung pengelolaan hutan yang lestari, mereka dapat menjadi sebuah kekuatan dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Sementara itu Alya Sabira menyatakan pentingnya keterlibatan generasi muda seperti milenial dan gen-z. “Kaum muda memiliki kreativitas dan inovasi yang kerap kali mendorong pembaharuan untuk mendukung aksi terhadap iklim. ⁠Berbagai ketertarikan mereka seperti pada isu kehutanan, bencana, dan kelestarian alam menjadikan gerakan-gerakan mereka dalam mendukung bumi beragam,” katanya.

Alya menekankan pentingnya komunitas generasi muda sebagai elemen penting pengelolaan hutan lestari dan aksi iklim.

“Melalui komunitas, kaum muda dapat menciptakan gerakan gerakan yang lebih besar dan dampak yang lebih signifikan. Komunitas-komunitas ini juga sering menjadi tumpuan grassroots atau pergerakan akar rumput yang lebih sesuai dengan konteks dimana advokasi tersebut berlangsung, sehingga aksi yang dilakukan dapat menjadi lebih inovatif, berkelanjutan dan tepat sasaran,” katanya. ***