Kepala Badan Karantina Kementerian Pertanian, Banun Harpini menyatakan produksi padi di Jawa Barat meningkat dari 1,8 juta ton/tahun menjadi 2,3 juta ton/tahun setelah ada (upaya khusus) sejak tahun 2016.
“Ada margin yang dihasilkan Upsus pada tahun 2017, Jawa Barat produksinya sangat tinggi jadi sangat baik dan signifikan,” kata Banun saat panen raya di Kampung Sutam, Sumbersari Ciparay, Kabupaten Bandung, Sabtu (5/8/2017)
Banun menambahkan dalam sejarah, produksi beras Jawa Barat selalu dikonsumsi di dalam daerahnya sendiri dan tidak pernah dikirimkan ke daerah lain. Sejak ada Upsus tahun 2016 hingga 2017 Jawa Barat sudah mengirim ke berbagai daerah seperti Sumatera Utara, Bengkulu, Kalimantan.
“Kemarin saat lebaran sudah diapresiasi masyarakat bahwa tahun pertama pengendalian pangan sangat baik harga-harga stabil tidak lepas dari kontribusi produksi masing-masing wilayah termasuk Jawa Barat,” jelasnya.
Melonjaknya produksi beras di Jabar tidak lepas dari target yang ditetapkan pada Upsus. Untuk mendukung tercapainya target tersebut, difasilitasi dengan alat mesin pertanian (alsintan) termasuk pompa air untuk menyediakan air.
Stategi kedua meningkatkan adalah indeks pertanaman (IP). Ada 26 kabupaten kota di Jawa Barat. Pada kabupaten yanag indeks pertanamannya hanya 1, maka dicarikan solusinya. “Jika permasalahannya air, maka langkah-langkah membuat embung akan dilakukan.
“Wilayah pantura kita seperti Bekasi, Subang, Indramayu, Cirebon IP-nya masih dibawah 2, kalau di Kabupaten Bandung sudah hampir 3. Target bagi kami bisa tahun ini, menaikkan setengah IP,” jelasnya.
Sementara terkait pengamanan pangan dari hama, ada tim khusus seperti Babinsa (Bintara Pembina Desa) yang sudah diberikan pelatihan. “Kita latih bagaimana cara menyemprot pestisida yang baik dan benar, dosisnya harus benar karena kalau tidak benar justru memastikan organisme yang ada,” tegasnya.
Babinsa juga diandalkan untuk menambal jumlah penyuluh yang terbatas.
Sabrina