Teh, seperti halnya kopi, adalah komoditas perkebunan yang merambah berbagai belahan dunia. Tak terkecuali di Indonesia, minum teh, pada beberapa daerah juga dijadikan tradisi untuk merasakan nikmatnya kehidupan.
Namun ketika kopi makin populer dan “naik kelas”, teh seperti tertinggal. Kedai kopi, kafe, minuman kopi kekinian banyak dijumpai di pelosok daerah, menjamur, mudah dicari dan ditemui. Tapi kedai teh, jumlahnya belum banyak. Kalaupun ada, yang populer justru teh dari luar negeri, seperti Thai tea. Padahal pengusahaan teh di Indonesia sangat luas.
Ironi lain adalah kurang populernya teh produksi Indonesia. Malaysia punya teh tarik, Jepang punya teh hijau, Indonesia belum memiliki ikon seperti itu.
Menyikapi hal ini Ir. Rian Rahardian yang pernah berkecimpung lama di dunia teh saat bekerja di Perkebunan Teh PTP Sariwangi selama kurang lebih 25 tahun, tergerak hatinya untuk mendongkrak teh Indonesia, mengenalkan cita rasa teh Indonesia yang tidak kalah sedapnya dengan teh luar negeri. Lewat usaha kulinernya yang bernama Chai Yan Tea, Chai dalam bahasa Sunda berarti air atau sungai. Rian mengenalkan teh Indonesia yang diraciknya sendiri.
Menurut Rian, mengenalkan teh melalui minuman bisa lebih cepat. Mulai merintis bisnis di Jl. Burujul MC 130 Margahayu Permai, Bandung, sekarang Rian sudah punya beberapa cabang dan mitra yang tersebar di wilayah Jabar.
Bagaimana cara Rian mengembangkan usahanya, Agro Indonesia berkesempatan mewawancarai nya beberapa waktu lalu saat Rian mendemokan teknik membuat racikan minuman teh di kampus Instiper Yogyakarta.
Kenapa usaha minuman teh?
Jenis teh Indonesia banyak. tapi mungkin tidak banyak orang yang mengenal. Jadi saya mencoba mengenalkan teh Indonesia melalui minuman. Saya tahu teh Indonesia karena dulu kerja di perkebunan teh di PTP Sariwangi selama 25 tahun. Sekarang saya coba kenalkan lewat minuman. Dengan minuman lebih mudah, dan ini juga bisa menjadi peluang usaha. Waktu keluar dari perkebunan, saya berpikir di usia lanjut apa yang bisa kita kerjakan. Saya coba usaha, cari usaha, buat usaha lain, ternyata buat usaha yang tidak kita kuasai itu susah. Akhirnya coba sesuai dengan rekomendasi, kalau mau usaha itu sesuai yang dikuasai yang dipahami. Lalu saya buka usaha minuman dengan dasar teh karena teh yang saya pahami.
Dan itu benar, menggeluti sesuatu itu akan enak dan mudah jika kita paham. Saya semakin menyadari, begitu banyak olahan teh, tapi cita rasa teh Indonesia jarang yang mengangkat. Jadi saya usaha minuman teh, dengan cita rasa teh Indonesia. Dan saya yakin usaha minuman itu tidak akan pernah mati, karena orang tidak akan pernah berhenti minum.
Ini sama dengan thai tea Thailand?
Tidak sama. Ini teh nya asli Indonesia. Memang ide awalnya seperti itu. Tetapi teh ini, teh Indonesia. Kalau yang usaha thai tea Thailand, tehnya didatangkan dari Thailand. Dan ini bahan bakunya ada di sini di Indonesia, saya racik sendiri dari teh Indonesia. Jadi itu perbedaannya. Teh Indonesia ini mungkin tidak banyak orang yang mengenal, saya coba kenalkan. Supaya orang tidak asing lagi dengan jenis-jenis teh yang ada.
Sebenarnya teh di Indonesia ada berapa banyak?
Kalau di Indonesia ada banyak klon, klon TMI, BME, Kiara, banyak. Tapi biasanya si pembeli tidak melihat dari klon, melihat dari olahan. Kecuali mungkin Jepang, sangat selektif sekali. Ada teh Jepang yang kecil-kecil daunnya. Sebenarnya teh Indonesia, prinsip pengolahannya ada 3; ctc, teh hijau, senca. Kalau jenis tehnya banyak. Yang khusus Indonesia, dalam 1 pabrikan, rata-rata 8 jenis. Tapi itu tergantung pasar juga, grade tergantung pasar.
Dan teh Indonesia ini yang dijadikan cita rasa?
Iya. Indonesia punya teh, tapi disayangkan kurang dikenal. Di Malaysia punya teh tarik. Di Thailand thai tea. Padahal citra rasa teh Indonesia tidak kalah dengan teh luar.
Ada berapa varian menu minuman?
Ada 34 varian, dari 1 varian bisa diolah lagi tinggal dikombinasikan. Saya menciptakan ini untuk semua kalangan, untuk orang tua, anak muda dan anak kecil. Kita punya varian baru, Sultan. Ini isinya banyak bisa sampai 18 jenis. Isi nya macam-macam, segala macam buah-buahan, agar-agar, tape, kolang-kaling, selasih, dsb. Kita namai Sultan, karena diasumsikan Sultan kaya raya, jadi kita buat varian dengan isi banyak. Pembeli bisa mengisi sendiri macamnya. Kedai kita model prasmanan, untuk isi, pembeli mengambil sendiri campurannya, mau satu, dua, lima, berapa banyak macam yang disuka, bisa ambil sendiri, baru kita racikkan.
Prospek pasarnya?
Sangat bagus. Bahkan sebelum covid, tahun 2019 itu booming banget, Dalam waktu 2 jam bisa jual 400 cup. Antri pakai nomer. Ada 34 menu, kalau 1 menu gampang bikinnya, kalau 34 menu harus antri ditulis dulu, apa yang diinginkan, kita jejerkan, ada 10 cup. Sehingga waktu itu akhirnya kita punya ide buka cabang yang kira-kira 500 meter, jadi kalau lama antri disini, bisa kesana. Saat covid memang turun, tapi masih tetap ada pemasukan, kita jual lewat online. Dan setelah PPKM dibuka, pesanan kembali banyak lagi. Artinya usaha minuman seperti ini tidak mati. Bahkan sekarang saya juga sudah punya beberapa cabang dan mitra. Kita tawarkan konsep bisnis yang sangat mudah untuk usaha.
Konsep bisnis seperti apa?
Ada tiga konsep bisnis, kita namakan konsep bisnis 3 M; Mlaku, Mlayu dan Mabur. Ada program kerjasama. Ada yang bilang semacam franchise, kalau saya bahasanya kerjasama, kalau franchise itu biasanya ada royalty. Kemitraan ditempat saya tidak ada royalty.
Untuk konsep pertama Mlaku (berjalan) ini buat yang mau coba. Harga paketnya Rp500 ribu, yang kita berikan nilainya Rp700 ribu. Keluarkan modal Rp500 ribu, kalau laku semua pendapatan Rp700 rb. Kalau yang Mlaku, kita tidak kasih alat, hanya bahan, alat bisa pakai yang ada di rumah.
Konsep kedua Mlayu (lari) ini untuk yang sudah mulai yakin, sudah mulai lari, sudah mulai ada keberanian. Mlayu itu modal di angka Rp1 juta, dengan pemasukan Rp2 juta. Bahan dan beberapa alat kita berikan, sudah mulai ada niat usaha, biar kelihatan jualannya. Konsep ketiga Mabur (terbang) untuk yang sudah yakin betul. Modal di angka Rp2 juta, pendapatan Rp4 juta.
Semua paket itu bisa dipilih untuk rekan-rekan yang memang mau kerjasama. Dan prinsip saya bahan tidak harus beli dari saya. Artinya begini, bahan-bahan yang seperti itu tidak harus beli dari saya hanya karena kerjasama dengan saya. Karena bahan ini nanti akan mahal di ongkos kirim. Lebih baik beli sendiri yang bisa menekan harga, karena bahannya dimana-mana ada, seperti; gula, susu, kreamer. Yang penting kalau mau rasa sama dengan saya ya teh nya. Ini yang jadi racikan saya. Ini bisa ambil dari saya, supaya rasa sama, karena racikan teh ini yang membedakan dengan yang lain.
Harapan ke depan?
Kita berharap teh Indonesia ini kembali lagi diakui kejayaannya. Seperti kopi, kopi bisa jaya, karena kopi itu nomer satunya ada di Indonesia. Dan orang kalau mendengar batista itu pasti kopi. Kalau teh bisa jaya, itu juga bisa mengangkat kesejahteraan petani-petani teh ke depannya. ***
Anna Zulfiyah