Setelah bulan Februari mengalami deflasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan kalau pada bulan Maret 2016 terjadi inflasi. Faktor utama pemicu terjadnya inflasi berasal dari kenaikan harga pangan.
Terjadinya inflasi yang dipicu oleh kenaikan harga pangan juga sudah diprediksi oleh Bank Indonesia (BI). Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga produk di sejumlah daerah, BI memprediksikan pada Maret ini akan mengalami inflasi.
Menurut BI, sepanjang Maret 2016 musim penghujan masih mempengaruhi produktivitas komoditas pangan di sejumlah daerah. Khususnya, untuk produk cabai, bawang, serta tanaman palawija. Sehingga, kenaikan harga produk tersebut menjadi penyumbang utama terjadinya inflasi.
Inflasi memang tidak selamanya berdampak negatif. Inflasi bisa .menjadikan peredaran dan perputaran barang lebih cepat.Produksi barang-barang juga bertambah karena keuntungan pengusaha bertambah. Inflasi juga bisa memicu peningkatan investasi yang berujung pada meningkatnya kesempatan kerja.
Namun, inflasi juga bisa memberikan dampak buruk bagi masyarakat dan perekonomian negara. Terlebih lagi inflasi disebabkan oleh terjadinya kenaikan harga pangan, seperti sekarang ini.
Inflasi mengakibatkan perubahan pada daya beli masyarakat. Bagi masyarakat yang berpendapatan tetap, seperti pegawai negeri atau pengawai swasta, inflasi telah menurunkan daya beli mereka.
Misalnya saja, sebelum inflasi, untuk membeli 10 kg beras diperlukan uang Rp100.000,-. Setelah inflasi, beras 10 kg harus dibeli dengan uang Rp120.000,- karena harga beras telah naik dari Rp10.000 per kg menjadi Rp12.000 per kg. Hal ini jelas sangat merugikan, karena sebenarnya yang naik bukan hanya beras, tetapi hampir semua jenis barang. Bisa dibayangkan betapa sulitnya mereka yang berpendapatan tetap jika terjadi inflasi berkepanjangan.
Bagi masyarakat yang berpendapatan tidak tetap, inflasi juga sangat merugikan. Bagi masyarakat yang berpendapatan rendah dan tidak tetap seperti tukang becak, tukang sayur, penyemir sepatu dan kuli angkat, inflasi jelas sangat merugikan. Pendapatan yang rendah dan tidak menentu jumlahnya tentu sangat membebani mereka dalam mengatur pendapatan tersebut agar bisa bertahan hidup. Jumlah mereka di negeri ini tentulah sangat banyak.
Dampak inflasi tidak terbatas pada kehidupan perekonomian saja, tetapi juga pada kehidupan politik, berbangsa dan bernegara. Adanya inflasi apalagi hiperinflasi, mampu menurunkan kepercayaan masyarakat pada pemerintah.
Mengingat besarnya dampak negatif inflasi terhadap perekonomian Indonesia, sudah seharusnya pemerintah memperlihatkan kesungguhannya dalam menjaga besaran inflasi agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat.
Upaya penurunan harga pangan harus terus dipacu. Terlebih lagi saat ini adalah masa puncak musim panen padi. Dalam kondisi seperti itu, seharusnya harga beras berada dalam posisi yang rendah. Pemerintah harus mampu menelusuri dan mengatasi penyebab tingginya harga beras dan komoditas horti lainnya.