Industri Pengolahan Kopi Harus Unggul di Pasar Global

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menegaskan, industri pengolahan kopi nasional seharusnya dapat unggul di pasar global karena Indonesia merupakan negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam dengan produksi rata-rata sebesar 685 ribu ton pertahun atau 8,9 persen dari produksi kopi dunia.

“Kita juga memiliki berbagai jenis kopi specialty yang dikenal di dunia, termasuk kopi luwak dengan rasa dan aroma khas sesuai indikasi geografis yang menjadi keunggulan Indonesia,” ucapnya pada acara Pembinaan dan Pengembangan IKM Kopi di Jakarta, Senin (10/07/2017).

Menurutnya,  dengan didorong pertumbuhan masyarakat kelas menengah dan perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia, kinerja industri pengolahan kopi nasional mengalami peningkatan cukup signifikan. “Pertumbuhan konsumsi produk kopi olahan di dalam negeri meningkat rata-rata tujuh persen per tahun,” jelas Airlangga.

Di kancah global, ekspor produk kopi olahan nasional pada tahun 2014 mencapai 322,6 juta dolar AS atau meningkat 10,6 persen menjadi 356,79 juta dolar pada tahun 2016. Ekspor olahan ini didominasi produk kopi instant, ekstrak, esens dan konsentrat kopi yang tersebar ke negara tujuan ekspor seperti Mesir, Taiwan, Thailand, Malaysia, Filipina dan Singapura.

Sementara itu, Dirjen IKM Gati Wibawaningsih menyebutkan, potensi IKM olahan kopi di dalam negeri didukung dengan 13 sentra produksi kopi yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, antara lain di Aceh, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Papua dengan total sebanyak 476 unit usaha.

“Saat ini sudah ada 16 kopi Indonesia yang telah mempunyai indikasi geografis sebagai keunggulannya,” ujarnya. Ke-16 kopi itu adalah Kopi Arabika Gayo, Sumatera Arabika Simalungun Utara, Robusta Lampung, Arabika Java Preanger, Java Arabika Sindoro-Sumbing, Arabika Ijen Raung, dan Arabika Kintamani Bali.

Selanjutnya, kopi Arabika Kalosi Enrekang, Arabika Toraja, Arabika Flores Bajawa, Liberika Tungkal Jambi dan Kopi Robusta Semendo asal Sumatera Selatan, Kopi Liberika Rangsang Meranti, Provinsi Riau, Kopi Arabika Sumatera Mandhailing, Kopi Robusta Empat Lawang, dan Kopi Robusta Temanggung.

“Industri kopi merupakan salah satu sektor prioritas yang ditetapkan oleh Kemenperin sesuai Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015-2035, dan merupakan fokus komoditi pembinaan Kemenperin khususnya Direktorat Jenderal IKM,” papar Gati.

Untuk itu, Gati menyampaikan, tahun ini pihaknya akan melaksanakan beragam program pengembangan SDM industri kopi dan fasilitasi alat pengolahan kopi di berbagai sentra penghasil kopi khas dan IKM pengolahan kopi potensial. “Misalnya, pengembangan SDM mulai dari kegiatan pengolahan green bean, roasting hingga produk kopi murni dan diversifikasi produk kopi,” imbuhnya.

Pada tahun 2017, Ditjen IKM juga akan melakukan serangkaian pembinaan untuk komoditas kopi, mulai dari sertifikasi mutu, bimbingan teknis, dan bantuan alat roasting di beberapa daerah antara lain Kabupaten Timika – Papua, Kab. Tanjung Jabung Barat – Jambi dan Kota Jambi, Kab. Tanggamus – Lampung, Kab. Sumbawa – NTB, Bandung – Jawa Barat, serta DKI Jakarta.

“Program tersebut diikuti kurang lebih 85 orang peserta dan memfasilitasi kurang lebih sebanyak 16 paket mesin peralatan,” kata Gati. Kegiatan ini diharapkan dapat mendorong minat masyarakat untuk mengembangkan IKM kopi dan meningkatkan keahlian serta kemampuan SDM pengolah kopi.

“Pada tahun 2018-2019, kami akan terus melanjutkan berbagai program dan kegiatan pengembangan IKM kopi di Indonesia dengan fokus pada penumbuhan wirausaha baru IKM kopi di seluruh sentra potensial yang mempunyai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI),” paparnya. Buyung