Surplus beras sebanyak 10 juta ton tahun 2014, nampaknya hanya mimpi. Sulit bagi Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mencapai target tersebut. Apalagi, diawal tahun, sekitar 40.000 hektare tanaman padi dinyatakan puso dihantam banjir dan 236.846 ha lagi terendam.
Dampak dari musibah alam ini tentunya akan mempengaruhi pencapaian target produk gabah sebanyak 76 juta ton gabah kering giling (GKG). Dampak ini dapat ditekan jika Kementan segera memberikan bantuan benih dan sarana produksi lainnya.
“Untuk menekan dampak banjir terhadap produksi gabah, maka pemerintah harus segera menyalurkan benih kepada petani yang membutuhkannya. Jika hal ini dilakukan, maka dampaknya terhadap produksi sangat kecil,” kata Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir kepada Agro Indonesia di Jakarta.
Menurut dia, target surplus beras sebanyak 10 juta ton yang harus dicapai tahun ini nampaknya sulit dicapai. Jika sekarang Indonesia sudah mengantongi surplus beras 5,4 juta ton, maka untuk mencapai 10 juta ton, dibutuhkan tambahan produksi sebanyak 4,6 juta ton lagi.
“Kalau untuk menambah angka surplus dari 5,4 juta ton, bisa saja terjadi. Tapi kalau mau mencapai surplus 10 juta ton tahun ini, saya kira sangat berat,” katanya.
Lebih lanjut Winarno mengatakan, dalam kondisi iklim normal saja, target surplus beras tersebut tidak tercapai. Apalagi sekarang, banyak tanaman padi yang terkena banjir. “Berat untuk mencapai surplus 10 juta ton itu,” katanya.
Dia mengatakan, surplus beras yang ada sekarang sebanyak 5,4 juta ton, dikumpulkan dalam waktu empat tahun. Nah, kekurangan sebanyak 4,6 juta ton tidak mungkin bisa dilakukan dalam tahun ini. “Kalau bisa menambah dari 5,4 juta ton, itu sudah sangat bagus,” katanya.
Data Kementan, areal tanaman padi periode Oktober 2013-Januari 2014 yang terkena banjir seluas 236.846 ha dan areal yang puso seluas 40.545 ha dengan perkirakan nilai kerugian Rp2,3 triliun.
Dari areal sawah yang puso tersebut, dengan asumsi produksi 5 ton ha, maka diperkirakan kehilangan produksi sebanyak 202.725 ton gabah kering giling (GKG) atau 125.689 ton setara beras.
Sedangkan dari areal yang terkena, jika diasumsikan yang bisa diselamatkan 50%, maka ada sekitar 118.423 ha yang potensi hilang produksinya. Bila hal ini benar terjadi, maka kehilangan produksi makin lebih besar lagi.
Jumlah areal tersebut belum termasuk areal tanaman padi yang puso akibat kekeringan dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).
Pada tahun 2013, periode Januari-November, luas areal tanaman padi yang puso akibat banjir seluas 73.686 ha atau 0,83% dari luas areal tanam yang mencapai 9.783.099 ha yang puncaknya terjadi di bulan Juli, terutama di Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Banten.
Masih ada waktu
Dirjen Tanaman Pangan, Kementan, Udhoro Kasih Anggoro ketika ditanya target surplus beras 10 juta ton mengaku masih punya banyak waktu untuk mencapai target tersebut. “Ini masih awal tahun. Jadi, kita punya waktu yang cukup untuk mengejar target dengan melakukan berbagai upaya, terutama tanaman padi yang rusak karena banjir,” katanya.
Dia menyebutkan, dari target 10 juta ton beras yang harus dicapai tahun 2014, sekarang ini sudah tercapai surplus 5,4 juta ton. Beras surplus ini tersebar di masyarakat. Harga beras pun tidak melonjak naik.
“Indikasi bahwa beras itu ada di masyarakat, lihat saja pasok beras ke Pasar Induk Cipinang. Jika pasok beras ke pasar itu setiap hari mencapai 2.000 ton lebih, berarti kondisi beras aman. Tapi kalau kurang dari itu, kemungkinan beras tidak ada di masyarakat,” ungkapnya.
Ketika ditanya, surplus 5,4 juta ton yang ada sekarang dicapai dalam 4 tahun, Anggoro mengatakan potensi dan peluang untuk memacu produksi beras nasional sangat besar. “Jangan pesimis, potensi dan peluang sangat terbuka. Areal yang rusak karena banjir, masih bisa diperbaiki, sehingga pengaruhnya terhadap produksi sangat kecil,” ungkapnya.
Dia mengatakan, akselerasi pencapaian program swasembada padi 2014 yang merupakan tindak lanjut dari aksi Bukittinggi sudah disosialisasikan. Berbagai kegiatan akan segera dilaksanakan. Namun, program ini bisa terlaksana jika tersedia anggaran.
“Untuk pencapaian swasembada padi, jagung dan kedelai kita membutuhkan alokasi anggaran sekitar Rp2,7 triliun. Kebutuhan dana ini sudah diketahui semua instansi terkait,” katanya.
Namun, Anggoro nampaknya tidak menjamin target itu bisa tercapai jika dana yang dibutuhkan tidak tersedia. Dengan kata lain, persetujuan dana itu menjadi kunci capaian target. “Peluang dan potensi itu bisa dimanfaatkan bila didukung dengan dana yang memadai,” tegasnya.
Menurut dia, jika semua sarana yang mendukung pencapaian program swasembada berjalan dengan baik, maka potensi untuk mencapai produksi sangat besar. “Bagi orang tahun ini adalah tahun politik, tapi bagi saya tahun ini tahun kerja. Banyak target yang harus kita capai,” ungkapnya.
Bantuan
Dia mengakui di beberapa daerah sekarang ini terkena banjir. Sedikitnya 40.000 ha tanaman padi dinyatakan puso akibat banjir dan 236.846 ha yang terkena. “Areal yang puso ini tidak mencapai 1% dari luas areal tanam yang ada,” katanya.
Untuk menjaga agar dampak bencana banjir tidak terlalu besar terhadap produksi gabah nasional, Kementan akan memberikan bantuan benih, dan obat-obatan.
Menteri Pertanian Suswono mengatakan bahwa 40.000 ha lahan pertanian yang puso sampai sekarang belum mempengaruhi ketahanan pangan nasional karena areal yang tidak bisa diselamatkan itu sangat kecil dibandingkan luas areal tanam yang mencapai 14 juta ha tahun ini.
“Walaupun begitu, pemerintah tidak menganggap kecil persoalan puso ini. Pemerintah akan membantu agar lahan puso bisa ditanami kembali,” kata Suswono usai memimpin rapat koordinasi dengan para kepala dinas pertanian di Pendopo, Kabupaten Kudus.
Rapat Koordinasi (rakor) yang membahas penanggulan lahan pertanian dan peternakan yang rusak akibat banjir itu dihadiri para kepala dinas dari lima kabupaten yang menjadi lumbung pangan nasional.
Kelima kabupaten itu adalah Kudus, Demak, Grobogan, Pati, dan Jepara. Suswono, meminta agar para kepala dinas pertanian mendata dengan akurat lahan yang rusak akibat banjir “Hasil pendataan itu segera sampaikan kepada Kementan agar dapat dialokasikan bantuan yang diperlukan,” katanya.
Kerugian
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu Firman Muntako melaporkan, kerugian banjir di Indramayu di sektor tanaman pangan saja yang mencapai Rp1,7 triliun. Padahal APBD 2014 hanya mengalokasikan anggaran sebesar Rp 5 miliar.
“Lahan yang terendam akibat banjir mencapai 48.742 ha. Dari luas tersebut 33.938 ha di antaranya dipastikan puso. Untuk lahan persemaian 15.095 ha. Kami membutuhkan bantuan benih setidaknya 1.225 ton. Belum lagi perbaikan infrastruktur pertanian, yang rusak akibat banjir,” katanya.
Sementara Kepala Dinas Pertanian Kehutanan Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Karawang, Kadarisman mengatakan, sekitar 10.856 lahan terendam banjir. “Luas lahan yang terendam itu, sekitar 70% dari luas tanam. Kebutuhan benih sekitar 271 ton, tapi 100 ton di antaranya sudah ditangani oleh APBD Kabupaten Karawang,” ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Subang Endang Sutarsa mengungkapkan lahan yang terendam banjir seluas 11.872 ha. Dari luas lahan itu, 3.460 ha di antaranya gagal panen.
Sedangkan Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Cirebon Ali Effendi menjelaskan, dari luas lahan yang terendam 4.005 ha, seluas 1.193 ha di antaranya sudah dilakukan tanam ulang. “Kerugian total dari pertanian dan peternakan sekitar Rp10 miliar,” tambahnya.
Selain itu, juga akan memberikan benih dan pupuk, serta uang pengelolaan yang sudah dikeluarkan petani. Setiap benih mendapatkan Rp2,6 juta dan pupuk mendapatkan Rp1,1 juta ha. Totalnya menjadi Rp3,7 juta plus benih. Jamalzen/Andy Nugroho