Semanggi Terbang ke Manca Negara, Keluarga Sejahtera

Pelopor Semanggi Instan dari Surabaya, Aminah

“Semanggi  Suroboyo…Lontong balap Wonokromo…” Lagu khas Surabaya yang menceritakan makanan khas arek-arek Suroboyo ini begitu terkenal. Maklum saja,  makanan yang  terdiri dari sayuran semanggi yang disiram bumbu kacang dan dilengkapi dengan kerupuk puli ini sangat populer di masyarakat. Semanggi ini melengkapi makanan asli Surabaya lainnya, seperti  rujak cingur dan lontong balap.

Nah, bagaimana jika  pecel semanggi diolah secara  instan? Berikut perbincangan Agro Indonesia dengan Aminah, pelopor semanggi instant dari Surabaya yang produknya bertajuk Selendang Semanggi sudah melenggang ke manca negara.

Bagaimana awalnya anda membuat semanggi instan?

Ide membuat semanggi instan sejatinya dilatarbelakangi keprihatinan saya. Ceritanya, tiap musim hujan, Anteng, ibu saya, tak bisa berjualan pecel semanggi. Penyebabnya, daun semanggi tak bisa dipanen lantaran terendam banjir. Sementara di musim kemarau panen semanggi melimpah.

Kebetulan,  saya pernah punya pengalaman mengeringkan semanggi. Dari kondisi itu,  saya lantas berpikir, bagaimana caranya membuat daun semanggi bisa dimanfaatkan lebih lama.  Tahun 2011, saya bergabung Pahlawan Ekonomi.  Di sana, ditantang untuk berinovasi. Semanggi instan direspons baik oleh para mentor Pahlawan Ekonomi.

Semanggi instan kemudian diikutkan program Tatarupa yang me-repackaging dan rebranding produk pelaku usaha Pahlawan Ekonomi. Hingga disepakati nama produknya, Selendang  Semanggi.  Yang menyenangkan, Selendang Semanggi juga beberapa kali dikirim ke Belanda dan Amerika Serikat (AS).

Bagaimana Selendang Semanggi bisa melenggang ke mancanegara?

Iya,  saya punya pelanggan setia. Namanya Estin, tinggal di kawasan Citraland, Surabaya. Estin kerap membawa semanggi instant buatan saya untuk diberikan kepada saudaranya yang tinggal di Belanda. Satu lagi, Bu Ferry. Rumahnya di Kertajaya Indah, Surabaya. Bu Ferry punya saudara yang bermukim di Amerika Serikat. Ketika berada di Jakarta saudaranya itu sempat makan semanggi instan.  Setelah tahu rasanya, ia pesan lagi dan dibawa ke Negeri Paman Sam. Kini, saban pulang ke Jakarta, saudara Bu Ferry selalu minta dipesankan semanggi instan.

Anda kerap kali didapuk sebagai narasumber di berbagai seminar, bagaimana perasaan anda?

Seperti bermimpi berbicara di depan puluhan orang yang menghadiri acara itu. Saya dipilih   lantaran saya  menjadi salah satu pelaku usaha inovatif. Lewat semanggi instan saya menceritakan suka duka jualan semanggi. Saya dulu jualan semanggi gendong. Masuk kampung keluar kampung. Sering “ngetem” juga di Taman Bungkul. Sekarang saya bisa meraup untung jutaan rupiah dari jualan semanggi.

Alhamdulillah, berkat jualan semanggi keluarga saya bisa sejahtera. Saya juga bersyukur sudah punya asuransi pendidikan buat anak-anak saya.

Apakah proses semanggi instant yang anda lakukan sudah tepat?

Saya  telah melakukan beberapa kali uji coba mengeringkan daun semanggi. Hingga saya menemukan cara yang dianggap pas. Dimana, daun semanggi yang baru dipanen, lantas dicuci bersih, ditiris, lalu dijemur selama satu hari kalau ada panas. Setelah itu, daun semanggi dipanaskan menggunakan mesin oven. Saya pakai oven untuk menghilangkan bakteri dan jamur. Makanya, kalau ada daun semanggi yang agak gosong itu akibat dioven.

Pada proses berikutnya, saya  masukan daun semanggi yang sudah dikeringkan ke dalam plastik kedap udara. Tujuannya agar tahan lama. Menurut saya  kalau dikeringkan dengan oven saja, rasa semanggi bisa berubah, makanya harus menggunakan juga sinar matahari. Cara itu cukup efektif membantu penjualan semanggi.

Bagaimana proses pengeringan daun semanggi?

Menurut saya, dalam  proses pengeringan daun semanggi harus pas. Tidak boleh terlalu kering karena bisa remuk. Aromanya juga beda. Setelah itu, daun semanggi dimasukkan plastik, lalu di-packing.

Untuk semanggi instan dalam satu kemasan bisa berapa porsi?

Semanggi instan buatan saya diolah menjadi empat porsi dan bertahan hingga dua bulan. Selain daun semanggi, saya  juga mengeringkan bumbu pecel  dan kerupuk puli yang menjadi satu sajian kuliner khas Surabaya ini.

Produk Selendang Semanggi dibagi dua versi, ukuran 30 gram dan 80 gram. Untuk satu dus 30 gram dibandrol Rp55 ribu, sedang satu dus yang  80 gram dihargai Rp95 ribu. Dalam satu dus yang dibungkus plastik terdiri dari daun semanggi yang telah dikeringkan, bumbu pecel, dan kerupuk puli.

Cara memasak semanggi instan dituliskan dalam dus tersebut. Di mana konsumen hanya perlu merebus daun semanggi dan ditambahi sedikit garam. Bumbu kering yang sudah tersedia ditambah air dan kerupuk yang telah digoreng. Cara memasak semanggi instan ini sama seperti memasak mi instan. Mudah, cepat, dan tidak ribet. Rasanya juga sama seperti makan semanggi segar.

Bagaimana penjualan semanggi instan saat ini?

Dengan kemasan baru, penjualan semanggi instan Selendang Semanggi bergerak naik. Saya memanfaatkan betul pemasaran via online.  Baik di marketplace seperti Bukalapak, Tokopedia, dan Shopee. Juga di Facebook dan Instagram. Saban bulan, 500 bungkus semanggi instan dikirim ke konsumen di Jakarta, Tangerang, Bandung, Bali, Sumatera dan beberapa kota di Kalimantan. Sebagian di antara mereka telah menjadi reseller-nya.  Tiap bulan, saya membutuhkan  200 kilogram daun semanggi. Dari hasil penjualan, omzet yang saya raup berkisar Rp6 juta-Rp7juta untuk semanggi instan dan Rp10 juta-Rp12 juta untuk pecel semanggi sebulan.

Bagaimana anda bisa meneruskan usaha keluarga ini hingga bisa mengemas secara instant?

Pada awalnya saya berjualan semanggi dan jamur tiram. Pecel semanggi saya jual  dengan harga Rp12.000 per porsi. Namun, sejak 2011  saya hanya fokus hanya berjualan semanggi.Tahun 2011 saya gabung di Pahlawan Ekonomi (PE) untuk menambah ilmu. Mentor saya di Pahlawan Ekonomi  inilah yang meyakinkan saya untuk mengembangkan bisnis semanggi

Di program Pahlawan Ekonomi, saya tak hanya mendalami cara pengeringan semanggi yang sudah saya lakukan sebelumnya. Tetapi juga diajari cara mengemas semanggi kering dan menjualnya secara online.

Keyakinan saya  untuk berusaha dibidang semanggi samakin menguat saat kegiatan launching produk semanggi yang  dihadiri oleh Walikota Surabaya Tri Rismaharini.

Apa rencana anda ke depan?

Semanggi kering dalam kemasan merupakan tombo kangen untuk orang Surabaya di  luar kota dan luar pulau. Ke depan,  mempunyai resto khusus semanggi yang berada di tengah areal kebun semanggi merupakan keinginan dan impian saya, bahkan jika memungkinkan saya ingin membuka gerai dan Franchise serta  ingin mengembangkan inovasi untuk berjualan varian baru. Yaitu pentol semanggi, nugget semanggi, kerupuk semanggi dan rengginang semanggi.

Shanty