HPP Beras Ancam Inflasi

beras nasional

Pemerintah setuju menaikan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk beras dan gabah tahun 2015. Namun, keputusan yang masih menunggu keluarnya Inpres tersebut mendapat kritik. Selain akan menjadikan harga beras di Indonesia termahal di Asia, yang memancing aksi penyelundupan, kenaikan HPP juga mengancam target inflasi.

Setelah dua tahun tak mengalami kenaikan, pemerintah akhirnya menyetujui untuk menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk beras dan gabah petani. Sesuai dengan keputusan rapat perberasan di Kantor Menko Perekonomian, pertengahan Januari, HPP beras disepakati naik 10%. “Ya, tadi diusulkan dan kita putuskan naik 10%. Mulai pembelian tahun ini,” kata Menko Perekonomian, Sofyan Djalil (14/1).

Dengan keputusan itu, berarti kenaikan HPP tersebut tinggal menunggu Instruksi Presiden (Inpres). Mengacu pada Inpres No.3/2012 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, maka harga beras yang semula Rp6.600/kg di gudang Bulog akan menjadi Rp7.260/kg.

Namun, kenaikan ini dinilai Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi), Bayu Krisnamurthi akan berdampak pada capaian target inflasi pemerintah, yang sedang direvisi dalam RAPBN-P 2015 maksimal 5%. Pasalnya, kata Bayu, beras merupakan komoditas pangan utama dan setiap pergerakan harga akan berpengaruh terhadap naik-turunnya inflasi.

Tak hanya itu. Ketua Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia, Nellys Soekidi bahkan menyebut kenaikan HPP praktis menjadikan harga beras Indonesia termahal di Asia. Ketika harga beras Vietnam hanya Rp5.000/kg, maka kenaikan HPP dikhawatirkan memancing selundupan. “Beras selundupan bakal marak karena disparitas harganya sangat tinggi,” kata dia.

Itu sebabnya, Nellys malah mempertanyakan alasan kenaikan HPP karena buat pedagang kebijakan itu tak berdampak besar. Sebagai pangan pokok, beras pasti dibeli berapapun harganya. “Tapi kalau untuk sejahterakan petani, kebijakan itu tak tepat sasaran. Selama biaya produksi masih tinggi, berapa pun HPP-nya petani tetap tidak diuntungkan.”

Hanya saja, pengamat pertanian Kaman Nainggolan menyatakan, kenaikan HPP juga penting sebagai instrumen Bulog membeli gabah/beras petani. Dia menyarankan, agar kenaikan HPP tidak berimbas pada inflasi, maka maksimal kenaikan 6%. “Kenaikkan HPP sebesar itu tidak terlalu berdampak terhadap inflasi,” katanya. AI