Pujian IMF untuk Ekonomi Indonesia

Kondisi makro ekonomi Indonesia mendapat pujian dari International Monetary Fund (IMF). Lembaga internasional itu telah mengunjungi berbagai lembaga pemerintah dan swasta di Indonesia awal Nopember ini dan memberikan penilaian positif terhadap kondisi ekonomi Indonesia saat ini dan tahun depan.

Luis E. Breuer yang memimpin tim IMF ke Indonesia, mengakui kalau ekonomi Indonesia telah melanjutkan kinerjanya yang baik, didorong olah bauran kebijakan makro ekonomi yang prudent dan reformasi struktural. Otoritas di Indonesia dinilai memiliki kemampuan yang penuh untuk menavigasi ekonominya di tengah perubahan kondisi ekonomi internasional saat ini. Pertumbuhan ekonomi terus menguat, inflasi turun signifikan, dan defisit transaksi berjalan terjaga. Pencapaian ini menandakan prospek ekonomi yang baik

Breuer menyebutkan  proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2016 adalah 5%, dengan sokongan dari konsumsi rumah tangga yang kuat. Sementara di 2017, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan bisa mencapai 5,1%, didorong oleh konsumsi rumah tangga dan investasi swasta, yang mulai naik karena pulihnya harga komoditas dunia, dan rendahnya suku bunga.

Hingga akhir 2016 ini, laju inflasi di Indonesia diperkirakan sekitar 3,3%. Sementara defisit transaksi berjalan diproyeksikan 2% dari PDB di 2016 ini, dan 2,3% dari PDB di 2017.

IMF  juga menyinggung soal arah kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) yang dinilai sudah sesuai. BI menurunkan suku bunga acuannya di 2016, di tengah kondisi inflasi yang menurun dan berkurangnya tekanan dari eksternal

Walaupun memuji kondisi ekonomi yang sedang berlangsung, IMF juga memperingatkan Indonesia tentang tantangan dan risiko yang harus dihadapi Indonesia.

Menurut IMF, tantangan terhadap kondisi ekonomi Indonesia datang dari ketidakpastian kebijakan pemerintah baru Amerika Serikat, ketatnya kondisi sektor keuangan dunia, perlambatan ekonomi China, pengetatan moneter di AS, dan penurunan harga komoditas

Sementara risiko dan tantangan dari dalam negeri adalah, minimnya bantalan fiskal, karena penerimaan pajak yang tidak mencapai target.

Pujian yang  dilontarkan lembaga keuangan internasional itu terhadap perkembangan ekonomi Indonesia memang boleh kita syukuri. Hal itu menunjukkan kalau kebijakan-kebijakan yang sedang pemerintah jalankan telah memberikan hasil yang positif.

Namun kita juga perlu menggarisbawahi peringatan-peringatan yang dibeberkan IMF. Masih ada beberapa faktor internal dan eksternal yang bisa menganggu laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Ancaman-ancaman itu sudah terlihat nyata. Di sektor eksternal, pengetatan moneter Amerika Serikat seiring dengan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS, telah membuat nilai tukar rupiah mengalami pelemahan. Kondisi tentunya akan menggerus cadangan devisa negara.

Begitu juga dengan di dalam negeri, masih seretnya penerimaan pajak akan membuat defisit anggaran menjadi semakin lebar. Artinya, masih banyak tantangan yang harus dihadapi Indonesia menuju kondisi ekonomi yang lebih baik.